Minggu, 16 Februari 2014

Eccedentesiast



ECCEDENTESIAST...

noun
Someone who fakes a smile"


"Dia tersenyum, tertawa, ceria, bahagia, tetapi sebenarnya tidak."

 Eccedentesiast adalah hal yang sederhana.
Yang tidak akan kau sadari kedatangannya.

Eccedentesiast adalah hal yang baik, juga buruk.
Yang biasa di-cap sebagai hal negatif, juga positif.

Eccedentesiast adalah sifat refleks.
Yang tidak bisa kau hentikan.

Namun Eccedentesiast bukan sesuatu yang tetap.

Dan tidak ada yang salah menjadi Eccedentesiast, karena itu adalah sebuah pilihan.

Seorang eccedentesiast biasa mengorbankan dirinya. Namun bukan berarti dia senang melakukannya. Kadang kala ia melepaskan sifatnya itu, dan menjadi hilang kendali sama seperti yang lainnya.
Ia tersenyum ketika dirnya dan yang lain bersedih. Ya, dirinya sebenarnya bersedih, namun mengapa?

Eccedentesiast kecil mungkin sering menangis. Namun mungkin tidak pada sembarang tempat. Ia menangis dalam diam, saat tidak banyak orang yang melihat.

Suatu saat ia terjatuh dan terlukalah lututnya, darah mengalir dari lututnya. Ia sendirian saat itu dan tidak ada yang menghampiri untuk menolongnya, namun ia tidak menangis. Niatnya yang hendak memanggil temannya yang lain ia urungkan dan ia pun kembali ke kelasnya sambil menahan sakit. Ia duduk di pojok ruangan menunggu temannya yang lain dalam diam. Beberapa murid telah masuk namun tak ada seorangpun yang menyadari keadaannya, sampai pelajaran selanjutnya pun dimulai. Eccedentesiast kecil masih duduk di pojokan, saat itulah salah satu temannya sadar akan hal itu.
Semua temannya berbalik padanya, ada menanyakan keadaannya, memasang tampang khawatir kepadanya, dan ada yang mendoakannya. Seorang temannya berkata bahwa ia mungkin akan langsung menangis jika itu terjadi padanya dan Eccdentesiast kecil hanya membalasnya dengan senyuman. Saat ia pulang kerumah, rasa sakitnya semakin tidak tertahan. Ia menangis saat itu, saat hanya keluarganya yang melihat.

Pernah suatu saat Eccedentesiast bertengkar dengan saudaranya yang lebih tua, karena ego saudaranya yang terlalu tinggi itu akhirnya Eccedentesiast kecil mengalah. Namun ia segera berlari ke dapur dan menangis disana. Tangisannya saat itu sangat kencang dan membuat ayahnya datang kepadanya. Apa yang kau bayangkan? Apakah kau membayangkan ayahnya itu akan menunduk dan menghibur anaknya yang sedang menangis itu? Tidak. Saat itu ayahnya datang sambil memegangi sapu seperti hendak memukul. Ayahnya menasihatinya habis-habisan sambil sedikit berteriak. Namun bukan berarti ayahnya adalah orang yang jahat. Ya, ayahnya sedang mengajarinya tentang ketegaran walau saat itu Eccedentesiast kecil belum menyadari hal itu. 
Kuat bukan? Ya, dia hanya anak kecil saat itu. Tetapi sampai kapan Eccedentesiast kecil akan tahan terhadap hal itu?

Akhirnya ia pun tumbuh besar. Ia mulai mengetahui banyak hal. Temannya pun menjadi banyak. Ia tumbuh dengan baik. Masa remajanya sangat berwarnya ketika banyak temannya yang senang membagi cerita kepadanya. Eccedentesiast remaja sangat senang jika ia harus memberi saran kepada teman temannya, dan melihat senyuman dari bibir teman temannya itu. Namun tidak hanya hal-hal yang membahagiakan seperti itu yang mewarnai harinya. Ia juga sudah mengenal konflik. Banyak konflik yang harus dihadapinya menjadikan Eccedentesiast remaja semakin sering mengalah. Ya, ia sangat membenci konflik. Sebisa mungkin itu harus dihindarinya.
Semakin dewasa, ia semakin jarang menangis. Saat perpisahan dengan guru dan temannya pun seringkali hanya dia yang tidak menangis. Dia bersedih sama seperti yang lainnya, dia ada di antara teman temannya, mengelus pundak temannya sambil tersenyum. Ya, dia senang melakukan hal itu.
Ada masalah pun seringkali pun dipendamnya. Dia semakin tidak suka memperlihatkan wajah menangisnya di  depan banyak orang, termasuk kedua orangtuanya.

Jadi salahkah menjadi seorang Eccedentesiast? Apakah berarti dia seorang yang munafik, bermuka dua dan yang lainnya? Jika dia tidak menyukainya, mengapa ia tersenyum? Lalu apakah dia seorang yang gila?
 Tidak, dia hanya berusaha membuat dunianya menjadi lebih baik.Tersenyum bukanlah sia-sia. Ia berusaha bangkit dalam dunianya. Karena ia berpikir bahwa kita tidak akan tahu jika mungkin akan ada orang yang tersenyum karena dirinya yang tersenyum. :)